01 Februari 2025

Pagi tadi aku terbangun dan menemukanmu di sisi lain kasur, terkulai seperti tanda koma, seolah mimpi semalam masih ingin berlama-lama. Aku tersenyum, menyadari bahwa hari ini adalah ulang tahun pernikahan kita sebuah perayaan kecil bagi dua manusia yang tak pernah berhenti belajar bagaimana mencintai tanpa menghitung-hitung untung rugi.

Kita ini seperti dua kunci yang tersesat di laci yang sama, tak tahu siapa membuka siapa, hanya tahu bahwa tanpa satu sama lain, pintu-pintu di dunia ini terasa lebih sulit dibuka. Kadang aku seperti gembok yang lupa di mana letak engselnya, dan kau selalu sabar mengingatkanku bahwa ada pintu yang menunggu untuk dijaga. Kadang kau seperti kunci yang tertinggal di meja makan, dan aku selalu memastikan kau tidak sendirian menghadapi hari-hari yang sibuk dan tak terduga.

Waktu mencoba menua bersama kita, tapi kita selalu punya cara untuk mengelabuinya. Kita menyelipkan tawa di sela-sela percakapan, menaruh senyum di sela-sela rutinitas. Kita adalah pasangan yang berdebat soal teh atau kopi tapi akhirnya duduk bersama dengan dua cangkir berbeda, menikmati pagi yang sama.

Hari ini, aku ingin merayakan semua hal kecil yang membuat kita tetap ada. Suara tawa yang mengisi sudut-sudut rumah. Tatapan di antara lalu-lalang kesibukan yang berkata, aku masih di sini. Jemari yang selalu menemukan genggamannya, bahkan saat dunia terasa seperti jalanan yang terlalu ramai.

Dan jika esok waktu kembali berusaha menguji kita, aku tahu kita akan baik-baik saja. Sebab selama aku masih bisa menemanimu menertawakan dunia, selama kau masih bisa membangunkanku dengan senyum yang setengah mengantuk, kita tetaplah dua kunci yang saling menemukan tempatnya.