28 Februari 2025


Ramadhan tiba lagi, kawan. Bulan penuh berkah, di mana dosa dihapus, pahala dilipatgandakan, dan tab-tab mencurigakan di browser sebaiknya segera dibersihkan sebelum terlambat. Karena begini, apa gunanya shaum kalau jejak digitalmu masih lebih gelap dari malam tanpa hilal?

Ngomong-ngomong soal hilal, penentuan awal Ramadhan selalu jadi momen sakral penuh ketegangan. Ada yang menunggu sidang isbat, ada yang memantau langit pakai teleskop canggih, dan ada pula yang memantau grup WhatsApp keluarga buat tahu kapan mulai puasa biar nggak salah sahur. Karena di negeri ini, menentukan awal Ramadhan sering terasa kayak nunggu hasil ujian nasional deg-degan, banyak spekulasi, tapi ujungnya tetap harus terima keputusan bersama.

Bayangkan, para ulama di sidang isbat sibuk menentukan posisi hilal dengan ilmu falak dan hisab. Sementara kamu? Sibuk menentukan menu buka puasa, dari kolak pisang sampai es campur yang isinya lebih rame dari perdebatan di warung kopi soal "lebih enak pakai rukyat atau hisab?". Tapi tidak mengapa, yang penting niat. Karena Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tapi juga menahan diri dari godaan duniawi termasuk kebiasaan Googling "cara sahur tanpa harus bangun" yang entah kenapa selalu muncul lagi tiap tahun.

Marhaban ya Ramadhan. Bersihkan hati dari iri dengki, bersihkan pikiran dari niat buruk, dan yang terpenting—bersihkan history browser sebelum malaikat sempat nge-scroll. Karena siapa tahu, di akhirat nanti, selain ditanya tentang amal ibadah, bisa jadi ada pertanyaan tambahan: “Jelaskan maksud dari pencarian ‘kenapa Ramadan selalu terasa lebih lama di jam 4 sore?’”