28 Oktober 2024

 

Pagi mengalir pelan dari cangkir kopi,
uapnya mengirim kabut ke ruang sunyi,
mengisi celah waktu yang bernafas lirih,
seolah kehidupan sedang tertidur di tepi.

Asap kretek melingkar di udara,
seperti garis takdir yang terurai tanpa tanda,
menari pelan dalam makna,
seperti mencari jawaban dalam renungan fana.

Kopi pahit ini, jendela ke ruang jiwa,
tiap teguknya adalah lompatan rasa,
membawa aku pada pertanyaan tentang ada,
tentang yang abadi atau yang segera tiada.

Pagi dan sunyi, seperti sahabat lama,
diam-diam menaruh rahasia di ujung waktu,
seakan ada dialog tanpa kata,
di antara aku, kopi, dan hari yang baru.