24 Oktober 2024



Dalam sunyi, kita bertemudengan batas-batas diri yang sebelumnya tersembunyi di balik kebisingan. Ada saat di mana hidup terasa seperti pertempuran melawan kehampaan, menghadapi keterasingan yang begitu akrab namun tetap asing. Namun, di dalam sepi yang sering kita hindari, terdapat ruang bagi kita untuk merangkai ulang kekuatan yang terlupakan.

Lagu Aku Bisa milik Citra Scholastika mengingatkan kita bahwa ada keyakinan yang tertanam di dalam diri, meski kadang tertutupi oleh keraguan. Seperti gema lembut yang bergaung di ruang kosong, sunyi adalah panggung untuk merenungkan siapa kita dan apa yang bisa kita lakukan, meski jalan di depan tampak buram. Di sanalah kita menyadari bahwa eksistensi bukan hanya tentang bertahan, tetapi tentang menemukan cahaya dalam kegelapan yang kadang membutakan.

Keberadaan kita mungkin terombang-ambing di antara harapan dan kekhawatiran, tapi dari keterasingan itu, kita justru menemukan kekuatan tersembunyi. "Aku bisa," bukan hanya seruan optimisme, melainkan pengakuan akan potensi diri yang sering terlupakan. Dalam keheningan, tanpa gangguan dari dunia luar, kita akhirnya mampu mendengar suara hati yang paling tulus, yang berkata bahwa keberadaan ini, meski penuh tantangan, adalah sesuatu yang bisa dirayakan.

Eksistensialisme membawa kita pada kesadaran bahwa hidup tak selalu memberikan jawaban. Kadang, kita hanya harus menerima kekosongan dan ketidakpastian. Namun, justru di situlah letak kebebasan sejati. Kita bebas untuk memilih, bebas untuk memberi makna, bebas untuk percaya bahwa kita bisa bangkit, menemukan arah bahkan ketika semua terasa hilang. Sunyi menguji, tapi juga membentuk kita. Ia memaksa kita berhenti sejenak dan mendengar ulang gema dari dalam, menggali potensi yang mungkin telah lama terkubur.

Seperti lantunan Aku Bisa, di tengah sepi, kita mulai merangkai ulang harapan, perlahan tapi pasti. Tiap langkah kecil menjadi perayaan, tiap keyakinan yang bangkit menjadi bukti bahwa kita lebih kuat dari yang kita kira. Tidak perlu tergesa, tidak perlu terburu. Dalam sunyi, ada ruang untuk bernapas, ada kesempatan untuk memulai kembali. Dan dalam setiap momen kebangkitan itu, kita bisa berkata pada diri sendiri dengan pasti: "Aku bisa."