26 Mei 2011

La Tahzan, doakan saja anakmu ini menjadi kombatan yang akan menatang tiran di titika nadir perhitungan,serupa martir yang dipaksa pergi saat semanggi dan trisakti terbakar api,dan ijinkan aku menulis aksara demi aksara untuk sebuah pembebasan, serta jangan sekalipun ijinkan aku berdiam diri dan membungkam mulut untuk berbicara tentang kebenaran,,,,,, aku mohon relakan aku pergi menembus barikade kawat berduri didepan gedung parlemen yang tawarkan hasrat pembangkangan pada setiap jengkal nafas yang kuhirup di tanah ini,,,

Ini haya penebusan dosaku yang hanya bisa berdiam diri, ketika petani tanahnya digusur, saat buruh dipaksa bekerja tanpa upah layak, dan untuk setiap anak yang terpaksa menjadi pekerja jalanan diusia mereka yang masih muda, serta pada dinamika kampus hanya yang vocal berbicara tentang rasa susah tanpa tindakan berarti,,
La Tahzan, karena hanya ada 3 kemungkinan saat ini, mati dipukuli aparat keparat, mendekam dibalik terali besi, atau juga pulang seperti biasa karena berhasil melarikan diri dari terjangan aparat keparat,
Maka atas nama keyakinan dalam diri ijinkan aku berlaga dimedan puputan, setidaknya sebelum toga dan tanda mata ijazah sarjana aku pegang erat dan membuatmu basah oleh airmata bangga,,,,,

(kisah seorang teman yang entah kemana kini)