Maaf Ibu
Mari bersimpuh di kaki bunda untuk putting susu yang kerap kita sesap kala dahaga. Juga tak lupa untuk setiap jerit perih yang membuat kita ada
22 tahun telah kita sulam didahi bukan dengan benang sutra, tapi dengan tetesan air mata ibunda
Mari berkaca lihat kulit penuh sayatan cerita duka kecewa ibunda, melihat raport yang dipenuhi coretan merah, belum waktunya mengumpat kalimat, masih ada waktu dan mari ukir senyum bangga di meronanya wajah bunda, ketika kita mampu tunjukan karya!!!!!