Mei
Adakah seperti dulu 
Kala asik dalam aktivitisme basi 
Menelanjangi diri diantara tumpukan tindakan pemberontakan
Dengan dalih melaksanakan  kalimat ketiga tridarma perguruan tinggi 
Mengabdi pada masyrakat
mampu melupa tradisi goblok perguruan tinggi
tradisi yang bersandar pada pesanan
bukan pada kenyataan 
Mei 
Aroma cuka dan tawa bocah-bocah yang bertelanjang kaki 
Seakan berbisik lirih merayuku kembali kesana
Ketempat dimana aku merasa damai tentram
Meski dalam keterbatasan mereka mengajariku 
Sebuah arti
Sekolah tak Cuma lembaga formal 
Tapi jalan raya pun bisa lebih bernilai dari sekolah formal
Mei 
Nisanku belum rampung
Ragaku masih belum berpisah dengan nyawa
Aku iba menyaksi mereka
Yang hanya memandang bencana sebagai komoditas jualan
Demi pangkat, harta, jabatan, nama baik
mereka siap bertindak nyata 
Mei 
Aku meracau ditengah sepi
Merindu yang bukan-bukan
Masaku belum benar lewat
Tapi ada hutang yang haru aku bayar
Janji kepada ibu 
Yang selalu tak restui juanganku 
Mei 
Adakah aku musti membusuk dalam penjara kelas
Membacot retorika tanpa tindakan
Bergelut dalam diskursus naïf
Membincang penindasasan hanya sebatas lawakan 
Lalu bergerak atas nama pasar 
Mengejar strata demi mobilitas sosial yang hanya beralaskan hasrat
Pengalaman dan nama baik
Mei 
Aku lelah menyaksi politisi anjing
Birokrat bagsat
Dosen keparat
yang selalu saja membuatku mampu meludah kedepan monitor lcd
Mei 
Adakah buga api itu tumbuh kembali dalam hatiku 
Memaksaku 
Bergegas kembali mengepal dendam dalam jemari 
Mengasapi luka-luka yang kembali tergores dikulit ari
Mei 
Dalam damai kasih semesta
Aku mengharap aku mampu berdiri 
Melangkahkan kaki 
berucap persetan pada tatanan kultur tua 
Tiran Kehidupan