07 Juni 2025




Indonesia, negeri yang katanya kaya raya, berdaulat, dan menjunjung tinggi keadilan sosial. Tapi coba tengok ke luar jendela—apa benar masih begitu? Atau mungkin negeri ini sebenarnya cuma “kapling besar” yang sudah sejak lama dibagi rata... ke atas nama keluarga, partai, dan jaringan kawan lama?

Itulah yang dibongkar Tamrin Amal Tomagola dalam Republik Kapling. Sebuah buku yang tidak hanya membuka mata, tapi juga menampar logika kita yang sudah keburu lelah dijejali narasi "demokrasi yang sehat." Tamrin menyajikan realitas pahit: bahwa negeri ini telah dikapling dengan sangat efisien—oleh para bedebah yang tahu betul cara bermain dalam sistem yang rusak.

Buku ini bukan dongeng indah tentang pembangunan atau harapan rakyat. Ini adalah catatan keji tentang bagaimana tanah, kekuasaan, dan masa depan dipereteli jadi potongan-potongan kecil, lalu dibagi-bagikan layaknya menu prasmanan di ruang rapat berpendingin udara. Sementara rakyat di bawah hanya bisa mencium aromanya dari kejauhan.

“Kapling” di sini bukan cuma soal tanah—meskipun itu juga bagian besar dari masalah. Ini tentang bagaimana proyek-proyek strategis, jabatan, bahkan wacana kebijakan dijual dalam transaksi senyap antar mereka yang punya akses ke dalam lingkaran kekuasaan. Tamrin menyebutnya seperti itu. Kita? Mungkin lebih suka menyebutnya sebagai "mafia legal yang bekerja dalam jam kerja".

Yang paling ironis, para pengkapling itu tampak sangat efisien. Mereka tidak buang-buang waktu membahas etika atau moral. Mereka bergerak cepat, terstruktur, dan penuh perhitungan. Barangkali inilah satu-satunya bagian dari republik ini yang benar-benar bekerja dengan disiplin.

Republik Kapling adalah cermin. Tapi bukan cermin yang mempercantik wajah. Ini cermin yang menunjukkan jerawat bernanah dari sistem politik yang korup sejak akar, yang terus dipoles oleh pidato-pidato palsu dan jargon nasionalisme murahan. Tamrin tidak menulis untuk menyenangkan. Ia menulis untuk membuat jengah dan berhasil.

Buku ini seharusnya dibaca siapa pun yang masih mengira bahwa republik ini adalah milik semua orang. Karena kalau kamu masih berpikir begitu, besar kemungkinan kamu belum tahu di bagian kapling yang mana kamu sedang berdiri—atau justru belum dikapling sama sekali.


-Gelar Aulia-

 "Di negeri ini, yang paling cepat bekerja bukan birokrasi. Tapi mereka yang paham cara membagi kapling tanpa meninggalkan jejak."






---