25 November 2024


Ada sesuatu yang tak terjelaskan dari parfum. Sebuah keajaiban dalam cairan bening yang terkunci dalam botol kaca kecil. Setiap tetesnya, seperti jejak yang tidak terlihat, menggantung di udara dan menggenggam waktu. Parfum bukan hanya wangi; ia adalah jembatan, pengikat halus antara momen yang telah berlalu dan yang kini berdetak di depan kita.

Ada satu aroma yang selalu hidup di ingatan.

Aku tidak bisa melupakan hari itu, saat seseorang berdiri di tepi pintu, mengenakan kemeja putih sederhana dan senyum yang pelan-pelan memudar. Wangi citrus yang segar tapi hangat menggema dalam ruang sempit itu, seolah membawa pesan yang tak berani diucapkan. Parfum itu seperti pengakuan yang tak terwujud, merangkul segala kebisuan di antara kami.

Padahal baru kemarin. Rasanya begitu dekat, seperti hela napas terakhir yang masih hangat di udara. Namun aroma itu—ya, aroma itu—tetap hidup. Suatu pagi, aku mencium wangi serupa di jalan. Detik itu, kenangan kembali menari-nari, menelusup ke dalam kesadaranku seperti bayang-bayang. Aku tidak bisa menghindarinya. Aroma itu lebih dari sekadar wewangian. Ia adalah saksi bisu dari momen-momen kecil yang pernah kurayakan: tawa di sela hujan sore, pembicaraan panjang tentang luka yang tak pernah diungkapkan dengan jelas, atau bahkan hening yang begitu damai hingga dunia seakan berhenti.

Mungkin begitulah hidup, sebuah ironi takdir yang berputar di atas aroma kenangan. Parfum tidak pernah benar-benar pudar; ia bertahan, seperti kita yang diam-diam berharap pada sesuatu yang tak bisa kembali.

Namun, ada kenyamanan di sana—kenangan itu. Di dalam aroma yang sekali lagi menyapa, aku menemukan fragmen masa lalu yang tetap hidup, meskipun waktu terus menggerus segalanya. Aku tidak pernah benar-benar kehilangan apa yang pernah ada. Semua itu selalu bersembunyi di sela-sela udara, di antara molekul-molekul aroma yang terus memelukku, mengingatkan bahwa setiap kenangan, bahkan yang paling menyakitkan sekalipun, adalah bagian dari keberadaan kita.

Dan parfum itu, ah, ia hanya menjadi pembawa pesan sunyi dari takdir: bahwa apa yang kita cintai tidak pernah benar-benar pergi.