Cimanggung Tenggelam, Rancaekek & Cicalengka Menunggu Giliran,Terima Kasih, Tata Ruang Amburadul!
Banjir di Cimanggung bukan sekadar air bah yang datang tiba-tiba. Ini bukan bencana alam yang tak terhindarkan. Ini adalah konsekuensi langsung dari kebijakan brutal yang menukar ekosistem dengan kepentingan bisnis. Setiap hektare hutan dan lahan resapan yang disulap jadi kawasan beton dan industri di Sumedang, terutama di Cimanggung, adalah satu langkah lebih dekat ke bencana. Dan seperti yang sudah-sudah, warga Rancaekek dan Cicalengka harus siap menerima "hadiah" tahunan ini: banjir, lumpur, dan krisis lingkungan yang makin brutal.
Hujan deras turun, Cimanggung tak mampu menahan, air pun meluncur ke bawah. Sungai-sungai yang dulu bisa menampung limpasan kini tersumbat oleh sedimentasi akibat erosi besar-besaran di perbukitan yang dulunya hijau. Hasilnya? Rancaekek berubah menjadi kolam raksasa, jalur utama Bandung-Garut macet total, aktivitas ekonomi lumpuh, dan warga hanya bisa pasrah menunggu air surut. Sementara itu, di Cicalengka, air bersih semakin sulit didapat, karena sumber mata air yang dulu melimpah kini tertutup oleh ambisi pembangunan yang tak peduli keberlanjutan.
Dan ini belum selesai. Ketika Cimanggung banjir, itu hanya awal dari rangkaian kehancuran yang menyebar ke hilir. Ketika air surut, penyakit datang: diare, demam berdarah, infeksi pernapasan. Lumpur mengendap di rumah-rumah, di jalanan, di saluran air. Dan, tentu saja, pemerintah kembali hadir dengan janji manis, studi kelayakan baru, dan mungkin satu-dua foto untuk media. Lalu apa? Tahun depan, skenario yang sama akan terulang.
Banjir Cimanggung adalah bukti bahwa kebijakan tata ruang Sumedang adalah resep bencana. Perizinan AMDAL yang diberikan dengan mudah, konversi lahan hijau menjadi kawasan beton tanpa perhitungan matang, dan eksploitasi lingkungan yang rakus telah mengorbankan ribuan warga. Sumedang terus menjadi pemasok bencana bagi Rancaekek dan Cicalengka, sementara pejabat dan pengembang tetap menikmati hasilnya.
Jika ini dibiarkan, jangan heran jika dalam beberapa tahun ke depan Cimanggung, Rancaekek, dan Cicalengka tidak lagi sekadar langganan banjir, tetapi benar-benar tak layak huni. Tapi selama uang masih mengalir ke kantong yang tepat, siapa peduli?