18 Mei 2024



Pembentukan Kabupaten Bandung Timur diharapkan dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan publik. Dengan adanya pemerintahan baru, distribusi layanan kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur diharapkan lebih merata dan efisien. Dalam teori fungsionalisme, Emile Durkheim menekankan pentingnya fungsi institusi sosial dalam menjaga keseimbangan masyarakat. Dengan pemekaran ini, institusi pemerintah diharapkan dapat berfungsi lebih efektif dalam melayani kebutuhan masyarakat setempat. Ketika pemerintah daerah memiliki kendali lebih dekat terhadap warganya, mereka dapat menanggapi kebutuhan masyarakat dengan lebih cepat dan tepat. Peningkatan akses terhadap pelayanan publik ini dapat memperbaiki kualitas hidup masyarakat yang selama ini mungkin terpinggirkan karena jarak geografis atau kurangnya perhatian dari pusat pemerintahan yang lebih besar.


Kabupaten baru juga diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pemerintahan dan pembangunan. Menurut Max Weber, partisipasi aktif masyarakat dalam politik adalah indikasi dari masyarakat yang rasional dan birokratis. Dengan pembentukan Kabupaten Bandung Timur, masyarakat dapat memiliki kesempatan lebih besar untuk terlibat dalam pengambilan keputusan yang berdampak langsung pada kehidupan mereka. Keterlibatan masyarakat dalam pemerintahan lokal tidak hanya memperkuat demokrasi, tetapi juga memastikan bahwa kebijakan dan program yang diimplementasikan relevan dengan kebutuhan lokal. Partisipasi ini bisa datang dalam bentuk keterlibatan dalam musyawarah desa, pemilihan kepala daerah, atau partisipasi dalam berbagai forum masyarakat.


Selain itu, pemekaran wilayah diharapkan dapat mendorong pengembangan ekonomi lokal. Adanya kabupaten baru berarti peluang investasi baru serta pengembangan sektor usaha kecil dan menengah. Karl Marx dalam teorinya tentang ekonomi dan kelas sosial menyebutkan bahwa perubahan dalam struktur ekonomi dapat mengubah struktur sosial. Dengan adanya investasi dan peluang ekonomi baru, diharapkan tingkat kesejahteraan masyarakat akan meningkat. Pengembangan ekonomi lokal dapat membuka lapangan pekerjaan baru, mengurangi angka pengangguran, dan meningkatkan daya beli masyarakat. Sektor-sektor seperti pertanian, pariwisata, dan industri kreatif bisa mendapatkan dorongan signifikan dengan adanya perhatian khusus dari pemerintah daerah yang baru terbentuk.


Namun, pemekaran wilayah seringkali menimbulkan konflik sosial di masyarakat. Konflik dapat terjadi antara kelompok yang pro dan kontra pemekaran, maupun antara daerah induk dan daerah baru. Menurut teori konflik sosial dari Lewis Coser, konflik ini bisa terjadi karena perbedaan kepentingan dan perebutan sumber daya yang terbatas. Masyarakat yang tidak setuju dengan pemekaran mungkin merasa bahwa pemisahan ini hanya akan memperburuk kondisi mereka atau mengakibatkan pembagian sumber daya yang tidak adil. Konflik semacam ini bisa mempengaruhi stabilitas sosial dan harmoni di masyarakat, serta memperlambat proses pembangunan yang diharapkan.


Selain itu, pembentukan kabupaten baru membutuhkan biaya besar untuk membangun infrastruktur pemerintahan dan fasilitas publik lainnya. Dalam teori fungsionalisme struktural, Talcott Parsons menyebutkan bahwa sistem sosial harus mempertahankan keseimbangan dan stabilitas. Beban administrasi baru dapat mengganggu keseimbangan tersebut dan memerlukan waktu yang lama untuk mencapai stabilitas baru. Pembiayaan untuk kantor-kantor pemerintahan baru, fasilitas pendidikan, layanan kesehatan, dan infrastruktur lainnya bisa menjadi beban yang signifikan bagi anggaran daerah. Tanpa perencanaan yang matang, biaya-biaya ini bisa melebihi manfaat yang diharapkan, menimbulkan hutang atau mengurangi dana untuk program-program lain yang penting.


Tidak ada jaminan bahwa pemekaran akan membawa hasil positif yang diharapkan. Berdasarkan analisis sosiologis, perubahan sosial yang cepat dapat membawa disfungsi. Robert K. Merton dalam teori fungsi laten dan manifes menyebutkan bahwa setiap perubahan sosial memiliki konsekuensi yang tidak terduga. Pemekaran wilayah bisa saja menyebabkan masalah baru yang tidak diantisipasi sebelumnya. Misalnya, ada kemungkinan terjadinya birokrasi yang lebih kompleks, koordinasi antar wilayah yang kurang efektif, atau bahkan penurunan kualitas layanan publik jika sumber daya tidak dikelola dengan baik. Ketidakpastian ini menjadi tantangan besar bagi pembuat kebijakan dan masyarakat dalam menghadapi perubahan tersebut.


Menurut Pierre Bourdieu, struktur sosial dan perubahan di dalamnya sangat dipengaruhi oleh modal sosial, budaya, dan ekonomi yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Pemekaran wilayah seperti pembentukan Kabupaten Bandung Timur akan sangat bergantung pada bagaimana modal-modal ini dikelola dan didistribusikan di masyarakat. Jika modal sosial dalam bentuk jaringan hubungan yang kuat, kepercayaan, dan norma yang saling mendukung tersedia dan dimanfaatkan dengan baik, maka pemekaran bisa menjadi katalisator perubahan positif. Namun, jika modal ini tidak dikelola dengan baik, pemekaran hanya akan memperlebar kesenjangan dan menimbulkan konflik baru.


 Sintesa


Pembentukan Kabupaten Bandung Timur menawarkan peluang untuk meningkatkan akses pelayanan publik, partisipasi masyarakat dalam pemerintahan, dan pengembangan ekonomi lokal. Namun, tantangan signifikan seperti potensi konflik sosial, beban administrasi baru, dan ketidakpastian hasil harus dihadapi dengan bijaksana. Analisis sosiologis menunjukkan bahwa kesuksesan pemekaran sangat tergantung pada bagaimana modal sosial, budaya, dan ekonomi dikelola. Seperti yang ditegaskan oleh Pierre Bourdieu, keberhasilan perubahan struktural sangat dipengaruhi oleh distribusi dan penggunaan modal yang ada. Oleh karena itu, perencanaan yang matang, partisipasi aktif masyarakat, dan manajemen sumber daya yang efektif menjadi kunci untuk memastikan bahwa pemekaran Kabupaten Bandung Timur dapat membawa manfaat nyata bagi seluruh lapisan masyarakat.


---

oleh: Gelar Aulia, S.Sos, FISIP UIN Bandung, 2008