Rara
Langit yang sedari tadi manyun 
Tak kuat lagi membendung ingin
Tumpah  sudah 
Jalanan basah 
Plong bebas gerah
Musik kuputar pelan 
Perlahan-lahan 
Romantisme silam menjalar menuju jidat 
Lalu seppppppppppppppppppp 
Kepala pun terisi sudah dengan semua kenangan 
Perempuan fasisku purnama menggantung di stasiun bandung 
Disela gaduh suara mesin kreta 
Nampak kau menari-menari 
Indah sekali serupa balerina dalam kotak musik yang ku beri
Dan kamu mesti berhenti memaki PT KAI 
Sebab cipularang lebih menantang timbang duduk dalam gerbong parahyangan
Perempuan fasisku 
        Meski sebatas jasad beku berbalut kafan yang tiba dibandung
Aku selalu saja mengenangmu 
Di rintik hujan setiabudi
Di teduhnya cipaganti 
Diantara lalu lalang surapati 
Hingga taman cikapayang 
Bayangmu takan pernah henti 
Menari disepanjang sepilku
(Damai Dalam Kasih Sang Mandor MAHARANI 1990-2011)
